Jumat, 11 Desember 2009

MoNeY ? For ChilDren? Why Not??

“ Bu Gulu, aku punya 2 !”, terdengar celoteh spontan dengan senyum khas dengan gigi susu kropos dari salah satu anak muridku di TK. Sebenarnya maksud dari kalimat itu adalah, “ Bu Guru, aku punya dua ribu rupiah”.. yah,.. mengutip sebuah ungkapan dalam salah satu lagu favoritku Money Money Money,… must be funny in the rich man’s world…” bagai orang yang paling kaya di dunia, dalam dunia anak-anak tidak mengenal seberapa pentingnya uang, yang penting makanan, pakaian dan mainan tersedia di depan mata mereka….and everyone is happy!! , Dan banyak orangtua juga tidak menganggap pentingnya arti mengajar hal-hal yang berbau uang ke anak-anak mereka “ buat apa? Toh yoh isih cah cilik!”

Pembelajaran tentang uang, atau bahasa inteleknya manajemen keuangan, sangat asyik untuk dipelajari, dari sinilah anak belajar untuk berbagi, menghargai hasil karya orang lain, menolong, tidak sombong, gemar menabung dan pembelajaran moral lainnya. Saat anak-anak belajar tentang uang, cara mendapatkannya dan manajemen pengelolaan uang tersebut, mereka akan tahu bahwa orangtua mereka benar-benar membanting tulang untuk sekedar membahagiakan mereka. “Sepertinya Kompleks sekali yah? Apa bisa diajarkan untuk anak TK?, Kok yoh berat banget kayaknya?”.Pembelajaran manajemen keuangan ke anak sangat simple dan mudah dijalankan. Sesuai dengan dunia mereka, sebagai guru kita harus menjadikan pembelajaran manajemen keuangan dengan metode yang menarik dan technically,…… bermain donk!

Banyak sekali contoh pembelajaran dengan metode bermain, dan sebenarnya mungkin banyak dari kita yang sudah menerapkan metode ini, hanya saja tidak mengetahui essensinya… tidak seperti jaman dulu yang hanya menggunakan daun sebagai uang-uangan, dengan fasilitas mainan jaman modern ini, kita dapat dengan mudah mendapatkan uang-uangan dengan nominal 500 ribu sampai 1 juta dengan mengeluarkan kocek sebesar 3000 rupiah. Hal ini adalah pembelajaran dasar sehingga anak-anak dapat bermain peran dengan berpura-pura menjadi kasir dan pembeli. Saat puncak tema “ aku “ di sekolah saya, saya dan teman-teman berinisiatif untuk membuat bioskop dengan film bertema “ panca indera dan anggota tubuh” untuk anak-anak murid kami. Setting kelas dibuat gelap dengan jendela ditutup kain hitam sehingga benar-benar menyerupai bioskop, dengan LCD dan perlengkapan menonton yang lain sehingga anak-anak dapat melihat layar lebar ala bioskop 21 yang kami ubah menjadi bioskop 31, sesuai dengan nama sekolah tempat saya mengajar. Selain bioskop, kami juga membuat sebuah gallery panca indera dengan berbagai aneka benda yang bisa diraba, dicium, dirasa, dilihat dengan diiringi alunan musik yang bisa mereka dengar. Dengan sedikit kreatifitas dan meminjam barang dari sana dan sini,… ThaRa!!!, berubahlah 2 ruangan yang semula adalah kelas, menjadi sebuah gallery dan bioskop. Tidak kalah dengan gallery dan bioskop asli,.. saya dan teman-teman menyediakan loket tiket di depan 2 kelas tersebut. Kami berperan menjadi petugas loket dan anak-anak menjadi pengunjungnya. Permainan dimulai dengan antrian anak-anak untuk masuk ke gallery. Saya sudah menyiapkan uang-uangan dengan nominal Rp. 1000 sebanyak 4 lembar untuk tiap anak. Dengan memberikan pemahaman bahwa anak-anak dapat memasuki gallery dengan memberikan uang seribuan sebanyak 2 lembar dan diberikan penjelasan sedikit tentang bagaimana mendapatkan uang, maka anak-anak akan mengerti bahwa mereka hanya memiliki 2 lembar lagi untuk menonton bioskop. Dalam proses memberikan uang uang ke petugas loket, anak-anak akan memiliki insight bahwa uang adalah alat tukar yang didapatkan dengan bekerja, sehingga mereka dapat menghargai uang yang telah diberikan oleh orangtuanya.

Selain itu, ada pembelajaran lain tentang uang, yaitu memberikan uang amal setiap masuk sekolah. Di kelas terdapat kotak amal agar anak-anak dapat memasukkan uang amal dengan jumlah nominal bebas. Untuk membuat anak-anak termotivasi memasukkan uang amal secara continue, saya telah menyiapkan papan bintang kota amal, setiap anak-anak memasukkan uang amal, maka saat itu juga bintang mereka bertambah, dan ketika melihat bintang temannya sudah banyak, anak-anak yang belum membawa uang akan termotivasi untuk membawa uang keesokan harinya…. Easy khan ? Piece of cake !!

Masih banyak lagi contoh pembelajaran manajemen keuangan sederhana khas anak-anak ini., semoga dengan contoh kecil ini, dapat diterapkan saat mendidik anak-anak kita, karena mereka adalah masa depan kita dan umat. Wassalam.

0 komentar: