Senin, 14 Desember 2009

Gagal ?, Biasa Kalee !!

Shinta dan Shanti sama-sama menjuarai lomba menyanyi tingkat privinsi dan berhak maju ke tingkat nasional. Sayangnya, keduanya belum berhasil menjadi pemenang.Shinta yang selalu menjadi juara dalam perlombaan serupa, menghadapi kegagalannya dengan sedih. Dia tidak mau lagi ikut lomba menyanyi bahkan Shinta tidak mau lagi tampil di panggung, meskipun itu bukan dalam sebuah lomba. Sementara, sobatnya Shanti tetap tegar meskipun dia tidak menang, bukan sekali ini saja Shanti kalah, jadi baginya menang atau kalah adalah hal biasa. Shanti justru semakin terpacu untuk menyanyi.

Bayu, siswa kelas IV SD, merasa cemas kalau-kalau tidak bisa mempertahankan gelar peringkat pertama dalam kenaikan kelas tahun ini. Ia merasa cemas bila ada teman lain yang prestasinya lebih bagus dari dirinya. Lina, siswi kelas V SD, tampak muram karena mendapatkan nilai buruk pada pelajaran matematika., teman kelompok belajarnya mendapat nilai baik, ia kecewa dan mulai berprasangka buruk pada teman-temannya.

‘ Setiap orang pernah gagal dan berhasil’

‘ Setiap kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda’

‘ Kegagalan bukanlah akhir dunia ‘

Banyak penemu dunia yang terkenal sampai sekarang telah melalui beribu kegagalan dalam percobaannya. contohnya Thomas Alfa Edison sebagai orang hebat yang telah berhasil menemukan bola lampu listrik yang pertama juga pernah mengalami kegagalan yang berulang hingga akhirnya berhasil. Ibnu Rusyd, adalah tokoh islam terkemuka dengan berbagai macam penemuannya, beliau juga orang yang pantang menyerah akan kegagalannya. Bahkan Nabi Muhammad SAW ( segala Rahmat untuknya), nabi kita yang mulia sering menemui hambatan dalam dakwahnya.

Mengapa anak bisa gagal dan mengapa anak menjadi trauma karenanya ?

Let’s we discuss it……

Banyak orang tua yang sangat bangga terhadap anaknya sehingga menganggap Anaknya ada fotocopy dari dirinya. Bila orang tua bisa melakukan sesuatu hal, maka anaknya pasti juga bisa melakukan persis seperti ayah atau ibunya. Seperti akta pepatah “ buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya,”. Begitu juga dengan bakat anak. Tapi orang tua tidak menyadari bahwa anak juga manusia, punya rasa punya hati,….. jangan sama kan dengan…… pisau belati ( loh kok jadi nyanyi ? ).. Anyway,… anak juga punya keinginan dan ketakutan akan sesuatu, bila mendapat tekanan, maka mereka akan menolak. Bisa jadi tekannan itu berasal dari orang tua atau pun lingkungan yang menuntut anak selalu berhasil dan jadi pemenang tanpa memberi mereka kebebasan untuk berekspresi mewujudkan keinginannya.

Boleh saja, kita sebagai orang dewasa memberikan target untuk anak-anak kita, tetapi kita harus menyesuaikan target tersebut dengan kemampuan anak. Misalnya ada orang tua yang menargetkan aaknya yang baru kelas TK A untuk membaca, dan berhasil… anaknya yang masih kecil tersebut sudah bisa baca Koran, sehingga sering mengambil Koran terlebih dahulu untuk di baca padahal ayahnya belum membaca Koran itu sama sekali.Tetapi, dilain sisi, ada anak lain yang memang belum saatnya untuk diajarkan membaca ( walaupun usianya sama ), tetapi terus di ‘cekokin’ dengan huruf dan angka. Anak tersebut tidak boleh main sebelum bisa menghapal huruf yang di ajarkan ayah / ibunya… “ wah wah wah,….. pendidikan militer tidak sebegitunya Bu !”

Allah memberikan anugerah anak kepada ibu dan bapak, tidak semua loh berkesempatan mendapatkan anugerah itu, banyak pasangan lain yang menunggu sampai datangnya saat itu,.. maka bersyukurlah.

Bila kita bekerja dibawah tekanan atasan ataupun juga harus ada target yang dalam waktu singkat harus kita penuhi sedangkan kondisi badan tidak memungkinkan, pasti kita akan frustrasi, begitu juga dengan anak-anak. Orang tua yang hanya menuntut tanpa mau mengerti dan memahami kekmampuan anak (kurang menyadari bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Segala cara dilakukan agar anaknya selalu menjadi nomor satu) dapat membuat anak frustrasi dan ‘kerdil hati’. Dan saatnya mereka menemui kegagalan, maka ‘ bruukkk !’mereka akan jatuh dan sulit bangkit lagi Anak yang melakukan aktivitas dalam situasi yang penuh tekanan tidak dapat berkembang secara optimal. Akibatnya anak justru tidak dapat mewujudkan keinginannya.

Anak perlu dibimbing, di motivasi dan di beri kesempatan untuk mencari apa yang mereka inginkan. Dengan begitu, mereka akan merasa mendapat kekuatan dari lingkungan sekitarnya, bukan tekanan. Hal ini yang masih di anggap remeh oleh orang tua. Ketika anak menghadapi kegagalan, maka motivasi menjadi kilatan putih yang menerangi rasa gagal mereka sehingga mereka bangkit dari merasa gagal dan kembali mencoba. Untuk hal ini, kita perlu belajar dari orang jepang. Dalam acara Takeshi castle, Ninja Warrior atau the Viking, Sering mereka meneriakkan kata-kata motivasi sebelum berlomba dan ketika gagal, mereka selalu berkata “ aku akan mencoba lagi !, tunggu aku !, pantang menyerah !”. Semoga dengan bimbingan ahlak dan motivasi orang tua, anak Indonesia menjadi generasi yang pantang menyerah dan berakhlak mulia. Semangat !!!

Minggu, 13 Desember 2009

One Thing can be anything……..

Amazing !, satu kata yang pertama kali terlontar saat ku menjalani profesi ini, Guru.

Spesific word…. Guru PlayGroup dan TK.

Ku masuki jenjang kuliah Psikologi dengan satu harapan,…menjadi Psikolog Klinis. Dua semester kujalani perkuliahan ini, sampai di sebuah titik, aku mulai berselingkuh dengan psikologi Industri Organisasi, sebuah penjurusan mata kuliah yang ( katanya ? ) paling banyak duitnya Hummmm……!. Bagai dua cowok yang menyihirku dengan charm-nya sendiri-sendiri, baik ilmu Klinis maupun ilmu Industri Organisasi terus ku gali, tanpa mengindahkan mata kuliah yang lain. Tokoh-tokohnya, Teorinya, dan juga penyelesaian kasusnya… “ Gue banget dah pokoknya! “. Sampai di akhir masa kuliah, aku harus memilih diantara 2 penjurusan tersebut. “ Skripsi harus dibuat dengan metode yang menarik dan cepat! ” fikirku…. dan karena merasa sebagai orang kebanyakan ( atau malah oportunis yah ?), aku memilih skripsi di bidang industri dan organisasi, selain mudah, banyak contohnya, dan tidak harus keluar masuk rumah sakit jiwa untuk memeriksa kondisi psikologis pasien seperti yang dilakukan oleh teman-temanku yang memilih skripsi bidang klinis.

Wallah!!!! ( di baca dengan aksen Italy yak!), akhirnya ku lulus dengan IPK lumayan bagus dan kebingungan di akhir pergantian tali topi wisuda S1-ku,… “mau kemana gue setelah ini ?” Kebingungan itu berlanjut, saat aku harus menghadapi kehidupan sebenarnya setelah lulus dari nyamannya bangku sekolah dan pertolongan orangtua. Mulai berfikir tentang hidup, makan, dan akan jadi apa nantinya diriku?. Human Resource Development, Profesi yang banyak di tawarkan untuk Fresh gruated sepertiku, seperti roti tawar yang menghilangkan selera makanku. Dan Psikologi Industri Organisasi kehilangan charm-nya saat itu, dia tidak bisa lagi menyihir motivasiku seperti saat kuliah dulu, sama seperti Kesan menariknya Psikologi klinis yang meluntur seiring jalannya waktu.

Aku terhenyak,…. Dan menyadari bahwa aku telah kehilangan essensi dari apa yang kupelajari selama ini. Selama menjadi mahasiswa di fakultas Psikologi terkenal di kota ini. Dalam kilatan kecil di tatapan kosongku, aku melihat sebuah pengumuman kecil diujung papan pengumuman fakultas…..

‘ mencari guru TK lulusan S1 psikologi…… ‘

Dengan Penuh harap seperti saat pertama kali ku menginjak kota ini, ku ajukan lamaran berlapis map coklat bertali merah… ( so ordinary I think ! ). Dan fikiran utamaku saat itu adalah Nothing to lose !, diterima ya syukur… nggak diterima kebangetan ( Loh !). Dan untuk pertama kalinya kujalani tahap recruitment, seperti yang selama ini ku pelajari dalam teori di mata kuliah Psikologi Industri Organisasi, bedanya sekarang aku adalah obyek, bukan lagi subyek seperti dulu… nasib nasib!

Tanpa diduga, aku diterima menjadi guru sebuah Preschool.. padahal banyak juga yang mendaftar di Preschool itu. And I said to my self “ Dear God, is this Your way to show me that I’m able to be a teacher ? “

Anyway,….. ku mulai menjalani profesi ini, Mengembara dari Preschool, TPA And finally an Islamic Kindergarten dan “ Klik”! aku mulai menyadari bahwa “ This is me ! “ “ Gue banget ! ( essensial tentunya ) “.Menjadi Guru tidak membosankan seperti yang selama ini di cap oleh teman-temanku. Menjadi seorang guru ternyata membuka pintu pengalaman menuju profesi-profesi lain. Seorang guru adalah Pilot, Dokter, Psikolog, Konsultan rumah tangga, Manajer HRD, Arsitek, astronot, bahkan sutradara, disesuaikan dengan tema pembelajarannya tentunya. Sebut aja saat anak-anak belajar dengan tema ‘ gejala alam ’, maka aku menyetting kelas menjadi sebuah planet yang ‘dihinggapi’ oleh roket, peran sebagai arsitek muncul di saat menyetting kelas ini. Saat situasi lain dengan kegiatan morning meeting, Aku mengajak anak muridku untuk berperan menjadi pilot dengan segala situasinya di angkasa, menghadapi badai, hujan, awan dan hal-hal imajinatif lainnya. Sungguh !! Sangat menyenangkan !!. Tak kalah menyenangkan saat anak-anak akan kenaikan tingkat, maka aku menjadi sutradara pertunjukan acara tutup tahun dengan tema sesuai keinginanku. Berbagai macam pengalaman sutradara kulalui seperti membuat anak bergerak sesuai dialog, Rekam dialog ke studio, mencari backsound yang sesuai dengan dialog anak. bahkan searching costume for the show, baby !!, so Lovely !!

Asyiknya lagi menjadi guru Playgroup dan TK, aku tidak sekedar membimbing murid-muridku di kelas, tapi juga menjadi konsultan perkembangan bagi orang tua mereka. Bahkan menjadi konsultan rumah tangga bila hal tersebut diperlukan untuk penyelesaian kasus anak. Segala cerita tentang rumah tangga orang tua tersebut, menginspirasiku untuk selalu memberikan yang terbaik bagi keluargaku dan lingkungan sekitarku, And I Finnally said to my self “ Thank you Dear God, you truly give me the best way to improve my self , because One thing can be anything”.

Edward oh Edward

“ Ada nggak ya, cowok kaya’ Edward ?, yang ganteng, selalu melindungi ceweknya, setia, punya kekuatan dan bisa terbangnya itu loh !!!, ihk !!, pengen banget jadi Bella !!.

Itu adalah ungkapan ekspresi seorang teman yang baru menonton ‘ Twilight’ dan ‘New Moon‘, sekuel kedua dari tetralogi Twilight., Memang tak bisa di kita pungkiri bahwa Stephanie Meyer, penulis Tetralogi Twilight, sudah berhasil menjual mimpinya untuk menjadi konsumsi public. Kata –kata Romantis yang di tuliskan oleh Stephanie membuat remaja, bahkan ibu rumah tangga menjadi ‘ Bella Wanna be’. Sosok Edward, Vampire Vegetarian yang bisa membaca fikiran telah menyihir tidak hanya Bella ( walau hanya bella yang tidak dap[at di baca oleh Edward ), tapi juga hampir semua wanita yang menonton atau membaca buku tetralogi ini.

Cerita dimulai saat Bella, seorang gadis biasa dan ceroboh datang ke fork, sebuah kota kecil yang selalu terselimuti awan dan hujan. Ayahnya adalah seorang kepala polisi yang sangat suka menyendiri dan telah bercerai dengan ibunya. Bella adalah gadis yang sangat tidak menyukai sesuatu yang berbau hujan, basah dan dingin termasuk fork. Tetapi karena ibunya telah menikah lagi dengan pemain Baseball dan harus berkeliling dari kota satu ke kota lain, Bella terpaksa harus tinggal sementara di Fork, padahal selama ini, Bella hanya bertandang ke Fork ketika musim panas.

Saat masuk Ke SMU Fork, Bella bertemu dengan Edward, sosok cowok misterius bersama keluarganya yang juga sangat tertutup, Bella mulai penasaran dengan Edward dan hal ini juga terjadi pada Edward. Chemistry mereka di mulai dari first sight, gitu deh !. Saat Bella mulai mengenal Edward lebih jauh, Bella mulai mengetahui bahwa Edward adalah the Cold One ( baca : Vampire ), predator paling membahayakan di dunia. Kuat, cepat dan minum darah. Tetapi dengan Cinta mereka menepis rantai itu, “ so the lion fallin love with the lamb “.

Cinta membuat Bella semakin masuk ke dalam dunia Edward, dengan berbagai petualangan baru yang di luar nalar manusia. Karena karakter Bella yang ceroboh, dan Edward yang Protektif, jadi di mana ada Bella, di situlah Edward. Bahkan saat Bella tidur, Edward selalu menemani Bella karena sebagai vampire, Edward tidak tidur. “ I like watching you sleep, it’s kind of fascinating for me “ kata Eward saat Bella akan tidur.

Bella selalu berkutat dengan keinginannya menjadi vampire dan ketakutannya menjadi tua, sedangkan Edward tidak akan menjadi tua. Dan Edward tetap bersikukuh mempertahankan Bella sebagai manusia dengan alasan hidup menjadi vampire bukanlah jalan yang baik, bahkan untuk Edward sendiri. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya Bella menemukan titik balik dan tidak ingin lagi menjadi vampire karena sudah mendapatkan Edward dan hamil, Bella menemukan poin kebahagiaannya sebagai manusia karena bila dia menjadi vampire, dia tidak akan pernah bisa hamil dan mempunyai anak. Tetapi di saat keputusan itu terjadi, Bella harus memilih di antara menggugurkan kandungannya atau meneruskan kehamilannya dan mati karena rahim bella tidak akan kuat menjadi tempat berkembangannya janin setengah vampire tersebut. Dan Bella membuat keputusan untuk tetap mempertahankan buah cintanya, walau dengan konsekuensi harus minum darah untuk calon anaknya, kurus karena semua energi terserap ke dalam janin, organ dalamnya rusak perlahan karena di patahkan oleh janinnya yang kuat bahkan sekarat karena perutnya di robek oleh bayinya untuk mencari jalan keluar. Konsekuensi yang sangat besar untuk Bella yang ceroboh.

Melihat istrinya sekarat, Edward yang frustasi langsung menghujamkan gigitan- gigitan kecilnya ke sekujur tubuh Bella, racun Edward sedikit demi sedikit masuk ke darahnya dan metamorfosis Bellapun dimulai.

Like any other Love story, this tetralogy ended with happy ending. Bella dapat mewujudkan keinginanannya, Edward menemukan kelebihan baru dalam diri Bella, Anak mereka hidup, cantik dan membuat semua bahagia…. And everyone is happy !. Tapi proses perubahan diri Bella, intrik keluarga dan pergulatan batin Edward menjadi kekuatan yang sangat menyentuh untuk di baca maupun di tonton. Yeah, I see it through……..daripada pusing nonton KPK, Korupsi, Berita pembunuhan, beratnya realitas dan beban hidup… lebih baik mencari pelarian melalui mimpi dan harapan,… walaupun tidak mungkin terjadi… ( vampire ? exist ?! give a some ****** break !! )

Tapi pertanyaan temanku tadi patut di jawab deh,…. Ada nggak yah cowok kaya’ Edward ? ( akhir dari pertanyaan ini kembali lagi ke pembaca deh!, hehehehe, penulis nggak ikut - ikut )

Jumat, 11 Desember 2009

MoNeY ? For ChilDren? Why Not??

“ Bu Gulu, aku punya 2 !”, terdengar celoteh spontan dengan senyum khas dengan gigi susu kropos dari salah satu anak muridku di TK. Sebenarnya maksud dari kalimat itu adalah, “ Bu Guru, aku punya dua ribu rupiah”.. yah,.. mengutip sebuah ungkapan dalam salah satu lagu favoritku Money Money Money,… must be funny in the rich man’s world…” bagai orang yang paling kaya di dunia, dalam dunia anak-anak tidak mengenal seberapa pentingnya uang, yang penting makanan, pakaian dan mainan tersedia di depan mata mereka….and everyone is happy!! , Dan banyak orangtua juga tidak menganggap pentingnya arti mengajar hal-hal yang berbau uang ke anak-anak mereka “ buat apa? Toh yoh isih cah cilik!”

Pembelajaran tentang uang, atau bahasa inteleknya manajemen keuangan, sangat asyik untuk dipelajari, dari sinilah anak belajar untuk berbagi, menghargai hasil karya orang lain, menolong, tidak sombong, gemar menabung dan pembelajaran moral lainnya. Saat anak-anak belajar tentang uang, cara mendapatkannya dan manajemen pengelolaan uang tersebut, mereka akan tahu bahwa orangtua mereka benar-benar membanting tulang untuk sekedar membahagiakan mereka. “Sepertinya Kompleks sekali yah? Apa bisa diajarkan untuk anak TK?, Kok yoh berat banget kayaknya?”.Pembelajaran manajemen keuangan ke anak sangat simple dan mudah dijalankan. Sesuai dengan dunia mereka, sebagai guru kita harus menjadikan pembelajaran manajemen keuangan dengan metode yang menarik dan technically,…… bermain donk!

Banyak sekali contoh pembelajaran dengan metode bermain, dan sebenarnya mungkin banyak dari kita yang sudah menerapkan metode ini, hanya saja tidak mengetahui essensinya… tidak seperti jaman dulu yang hanya menggunakan daun sebagai uang-uangan, dengan fasilitas mainan jaman modern ini, kita dapat dengan mudah mendapatkan uang-uangan dengan nominal 500 ribu sampai 1 juta dengan mengeluarkan kocek sebesar 3000 rupiah. Hal ini adalah pembelajaran dasar sehingga anak-anak dapat bermain peran dengan berpura-pura menjadi kasir dan pembeli. Saat puncak tema “ aku “ di sekolah saya, saya dan teman-teman berinisiatif untuk membuat bioskop dengan film bertema “ panca indera dan anggota tubuh” untuk anak-anak murid kami. Setting kelas dibuat gelap dengan jendela ditutup kain hitam sehingga benar-benar menyerupai bioskop, dengan LCD dan perlengkapan menonton yang lain sehingga anak-anak dapat melihat layar lebar ala bioskop 21 yang kami ubah menjadi bioskop 31, sesuai dengan nama sekolah tempat saya mengajar. Selain bioskop, kami juga membuat sebuah gallery panca indera dengan berbagai aneka benda yang bisa diraba, dicium, dirasa, dilihat dengan diiringi alunan musik yang bisa mereka dengar. Dengan sedikit kreatifitas dan meminjam barang dari sana dan sini,… ThaRa!!!, berubahlah 2 ruangan yang semula adalah kelas, menjadi sebuah gallery dan bioskop. Tidak kalah dengan gallery dan bioskop asli,.. saya dan teman-teman menyediakan loket tiket di depan 2 kelas tersebut. Kami berperan menjadi petugas loket dan anak-anak menjadi pengunjungnya. Permainan dimulai dengan antrian anak-anak untuk masuk ke gallery. Saya sudah menyiapkan uang-uangan dengan nominal Rp. 1000 sebanyak 4 lembar untuk tiap anak. Dengan memberikan pemahaman bahwa anak-anak dapat memasuki gallery dengan memberikan uang seribuan sebanyak 2 lembar dan diberikan penjelasan sedikit tentang bagaimana mendapatkan uang, maka anak-anak akan mengerti bahwa mereka hanya memiliki 2 lembar lagi untuk menonton bioskop. Dalam proses memberikan uang uang ke petugas loket, anak-anak akan memiliki insight bahwa uang adalah alat tukar yang didapatkan dengan bekerja, sehingga mereka dapat menghargai uang yang telah diberikan oleh orangtuanya.

Selain itu, ada pembelajaran lain tentang uang, yaitu memberikan uang amal setiap masuk sekolah. Di kelas terdapat kotak amal agar anak-anak dapat memasukkan uang amal dengan jumlah nominal bebas. Untuk membuat anak-anak termotivasi memasukkan uang amal secara continue, saya telah menyiapkan papan bintang kota amal, setiap anak-anak memasukkan uang amal, maka saat itu juga bintang mereka bertambah, dan ketika melihat bintang temannya sudah banyak, anak-anak yang belum membawa uang akan termotivasi untuk membawa uang keesokan harinya…. Easy khan ? Piece of cake !!

Masih banyak lagi contoh pembelajaran manajemen keuangan sederhana khas anak-anak ini., semoga dengan contoh kecil ini, dapat diterapkan saat mendidik anak-anak kita, karena mereka adalah masa depan kita dan umat. Wassalam.